JASA KONSULTAN RITEL
BERPENGALAMAN, +62 813-9864-6177, Potensi Berbisnis Minimarket
Konsultan, Konsultan Ritel, Manajemen Konsultan Indonesia, Konsultan Bisnis Ritel, Bisnis Ritel Modern, Bisnis Swalayan, Potensi Bisnis Retail, Konsultan Bisnis di Sidoarjo, Konsultan Bisnis di Surabaya, Konsultan Bisnis di Malang.
Potensi Bisnis Minimarket Di
Indonesia
Potensi
bisnis minimarket Indonesia 2018
diprediksi masih akan tertekan. Para pelaku retail mematok pertumbuhan
bisnis ritel Indonesia mencapai 9 %, meskipun lebih rendah dari beberapa tahun
lalu angka ini tentu bukan sekedar isapan jempol, merunut data Aprindo
pertumbuhan retail 2018 optimis berada diangka 9%, predikisi ini cukup optimis
mengingat tahun 2017 realisasi pertumbuhan retail hanya dikisaran 3,5%. Salah satu jenis usaha ritel yang masih
sangat prospektif adalah adalah minimarket, perubahan gaya hidup modern
mendorong konsumen lebih suka berbelanja kebutuhan retail di tempat terdekat,
Tahun lalu minimarket masih bisa tumbuh 7 % jauh melewati hypermarket yang
hanya dikisaran 3 %. Pengusaha terlihat
lebih optimis di tahun ini, alasanya tentu karena perbaikan kondisi ekonomi
yang di proyeksikan mencapai 5,1% sampai dengan 5,5 % . Omzet ritel modern
nasional pada 2017 diperkirakan hanya tumbuh mencapai 3,5%. Asosiasi Pengusaha
Ritel Indonesia (Aprindo) memperkirakan nilai penjualan ritel modern 2017
mencapai 221 triliun.
Permintaan
produk terutama makanan dan minuman masih menjadi kontributor utama (>60%).
Beberapa faktor menjadi katalis positif pertumbuhan ritel nasional ke depan.
Meningkatnya pendapatan masyarakat, meningkatnya populasi penduduk dengan bonus
demografi dan pertumbuhan masyarakat yang pesat, urbanisasi, tingkat optimisme
konsumen yang kuat, dan pertumbuhan properti komersial menjadi driver
permintaan industri ritel. Menurut AC Nielsen, 48% dari total belanja berasal
dari masyarakat Proporsi masyarakat sendiri terhadap total populasi Indonesia
diperkirakan meningkat dari sebesar 56,5% pada 2010 menjadi sebesar 68,4% pada
2015 dan sebesar 76,1% pada 2020.
Indeks
Kepercayaan Konsumen (IKK) Indonesia masih cukup kuat dan relatif tinggi
dibandingkan negara lain. Global Consumer Confidence Report 2Q14 yang dirilis
AC Nielsen menunjukkan IKK Indonesia berada pada level 125 padak kuartal IV
2017, di kuartal III tahun 2017 bahakan sempat berada di angka 127. Sebelumnya,
IKK Indonesia bahkan menempati posisi tertinggi selama 5 kuartal berturut-turut
(1Q13-1Q14) di antara 60 negara yang disurvei, meskipun turun tetapi IKK
indonesia masih menempati posisi 3 besar Indeks Kepercayaa Konsumen Global. IKK
yang dirilis Bank Indonesia juga menunjukkan trend penguatan. IKK Agustus 2014
yang sebesar 120,2 merupakan level tertinggi sejak akhir 2012.
Perkembangan
ritel di indonesia 2018 memang masih cukup berat, survei Bank Indonesia menunjukan adaranya
koreksi terhadap penjualan ritel diawal tahun 2018, Indeks Penjualan Riil (IPR)
terkontraksi 1,8% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 0,7%
(yoy). Penurunan penjualan ritel ini sebenarnya wajar terjadi karena
berakhirnya hari raya Natal dan tahun baru. Tercatat penurunan penjualan
terutama terjadi pada kelompok durable goods berupa peralatan informasi dan
komunikasi serta peralatan rumah tangga lainnya. Sementara itu penjualan
kelompok barang sandang, barang budaya
dan rekreasi, serta suku cadang dan aksesori masih mencatatkan peningkatan.
Penjualan eceran diperkirakan akan kembali meningkat pada Februari 2018 dengan
pertumbuhan IPR sebesar 1,0% (yoy). Perbaikan penjualan eceran diperkirakan
didorong oleh peningkatan penjualan kelompok makanan, minuman, dan tembakau,
sandang, suku cadang dan aksesori, serta barang lainnya. Sementara , penjualan kelompok
durable goods masih relatif terbatas. Hasil Survei juga mengindikasikan
menurunnya tekanan harga di tingkat pedagang eceran dalam tiga bulan mendatang.
Indikasi tersebut tercermin dari penurunan Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3
bulan menjadi 155,1 dari 158,2 pada bulan sebelumnya.
Potensi
bisnis minimarket semakin terlihat jelas ketika melihat Share tersebut
meningkat dari 25% pada 2002 menjadi 44% pada 2012. Pertumbuhan ritel modern
terutama terjadi pada format minimarket, convenience store, dan hypermarket
dimana share perdagangan minimarket mengalami kenaikan tertinggi. Dilihat dari
perkembangan jumlah gerai selama 10 tahun terakhir, format minimarket tumbuh
rata-rata 17,4%, hypermarket 17,9%, sedangkan format supermarket mulai
cenderung ditinggalkan dengan pertumbuhan gerai rata-rata 3% per tahun.
Jika
menilik percepatan penetrasi maka potensi bisnis minimarket di Indonesia lebih
besar dibanding negara tetangga. Penetrasi jumlah gerai ritel modern Indonesia
masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti
Singapura, Thailand, dan Malaysia. Masing-masing format ritel modern memiliki
pemain utama. Pesatnya perkembangan format minimarket (termasuk convenience
store) didorong oleh ekspansi usaha Alfamart dan Indomaret yang menguasai
sekitar 87% pangsa pasar. Bagi saya fakta ini adalah propek bisnis minimarket
bagi pengusaha lokal.
Untuk
format hypermarket, Top 3 player yaitu Carrefour, Hypermart dan Giant menguasai
sekitar 97% pangsa pasar. Sementara untuk department store, Matahari Department
Store dan Ramayana menguasai sekitar 55% pangsa pasar, disusul Mitra Adiperkasa
dengan 8% pangsa pasar. Pada format supermarket yang sangat terfragmentasi,
tidak terdapat satu pemain dengan pangsa pasar di atas 7%. Super Indo dan Hero
merupakan pemain utama pada format ini dengan menguasai sekitar 12% pangsa
pasar.
A.T.
Kearney’s 2014 Global Retail Development Index™ (GRDI) menempatkan Indonesia
pada peringkat 15 negara berkembang untuk tujuan investasi ritel, naik dari
peringkat 19 tahun lalu. Negaranegara Asia yang masuk dalam Top 30 GRDI ini
selain Indonesia adalah China, Malaysia, Sri Lanka, India, Filipina, dan
Vietnam. Pasar ritel Indonesia masih menarik bagi para peritel internasional.
Hal ini dibuktikan dengan terus masuknya peritel kelas dunia. Beberapa yang
akan masuk pada 2014 adalah IKEA (Swedia), Courts Asia (Singapura), Parkson
Group (Malaysia), dan Central Department Store (Thailand).
Biaya
tenaga kerja menjadi porsi terbesar biaya operasional peritel (~30%). Bersama
biaya sewa gedung dan listrik (utilitas), ketiganya menyumbang 60%-80%. Untuk
peritel yang menjual produk dengan import content tinggi, fluktuasi Rupiah juga
menjadi concern. Kajian kami menunjukkan setiap 1% depresiasi Rupiah akan
menyebabkan kenaikan COGS industri ritel sebesar 2,7% pada satu triwulan
berikutnya.
E-commerce
akan semakin berkembang. Tingginya persaingan usaha dan meningkatnya biaya
operasional ditambah semakin ketatnya regulasi yang ada seperti ketentuan
jumlah maksimal outlet waralaba toko modern sebanyak 150 outlet dan aturan
proporsi produk lokal yang dijual paling sedikit 80% dari jumlah dan jenis
barang yang diperdagangkan diperkirakan mendorong perkembangan e-commerce ke
depan seiring kemajuan teknologi dan berkembangnya penggunaan internet di
Indonesia. Nilai transaksi di Indonesia tahun 2013 diperkirakan sebesar USD1,8
miliar.
Gabungan
Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengatakan pelemahan rupiah
terhadap dolar AS menggerus pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin)
olahan nasional. Pertumbuhan industri mamin olahan semester II tahun ini
kemungkinan hanya berkisar 6-7%, lebih rendah dibandingkan semester I sebesar
9%. Omzet industri mamin olahan nasional hingga akhir 2014 tetap ditargetkan
naik 6-7% dari tahun 2013 yang sebesar Rp 942 triliun. Perlambatan omzet juga
dipengaruhi oleh turunnya daya beli petani komoditas perkebunan akibat turunnya
harga komoditas tersebut.
Baca juga Langkah Tepat Melakukan Riset Pemasaran
>>> Retail / Ritel : Segala jenis toko ; Toko Buku, Toko Bangunan, Minimarket, Supermarket, Hypermarket, Toko Buah, Toko Obat / Apotik, Baby Shop, Pet Shop, Toko Roti / Bakery, Dll.
>>> Manufacture / Pabrik : Segala Jenis Pabrik ; Pabrik Makanan & Minuman, Pabrik Plastik, Pabrik Kertas, Dll.
>>> Service : Hotel, Restoran, Printing, Cafe, FnB, F & B, Laundry, Wedding, Fashion Design, Barber Shop, Dll.
>>> Start Up : Segala Jenis Industri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar