JASA KONSLTAN RITEL
UNGGUL, +62 813-9864-6177, Mengenal Ritel Modern Dan Tradisional
Konsultan, Konsultan Bisnis Ritel, Ritel Modern, Bisnis Supermarket, Bisnis Minimarket, Toko Ritel Sidoarjo, Toko Ritel Surabaya, Toko Ritel Malang, Konsultan Sidoarjo, Konsultan Surabaya, Konsultan Malang.
PERBEDAAN RITEL MODERN DAN TRADISIONAL
Dikutip dari Wikipedia, eceran atau disebut pula ritel (bahasa Inggris: retail) adalah salah satu cara pemasaran produk meliputi semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Organisasi ataupun seseorang yang menjalankan bisnis ini disebut pula sebagai pengecer. Pada praktiknya pengecer melakukan pembelian barang ataupun produk dalam jumlah besar dari produsen, ataupun pengimport baik secara langsung ataupun melalui grosir, untuk kemudian dijual kembali dalam jumlah kecil. Secara garis besar, usaha atau bisnis ritel yang lebih berfokus kepada penjualan barang (kebutuhan) sehari-hari terbagi menjadi dua jenis, yaitu ritel modern dan tradisional.
A. Ritel Modern
Paradigma ritel modern merupakan pandangan yang menekankan pengelolaan ritel dengan menggunakan pendekatan modern di mana konsep pengelolaan peritel lebih ditekankan dari sisi pandang pemenuhan kebutuhan konsumen yang menjadi pasar sasarannya. Beberapa ciri dari paradigma pengelolaan ritel modern adalah sebagai berikut :
a) Lokasi strategis merupakan faktor penting dalam bisnis ritel
Lokasi merupakan faktor yang sangat penting dipertimbangkan dalam pengelolaan ritel, mengingat sekali keputusan pilihan lokasi ditetapkan maka akan diikuti oleh konsekuensi investasi maupun strategi yang kompleks. Pilihan lokasi dalam suatu area perdagangan seperti mall dan plaza banyak dipertimbangkan dalam paradigma ritel modern dewasa ini dengan mempertimbangkan banyak aspek, antara lain: kemudahan akses oleh pelanggan, keamanan dan fasilitas yang lebih terjamin baik bagi peritel, pelanggan, maupun pemenuhan terhadap kebutuhan pelanggan yang menginginkan one stop shopping. Dengan demikian aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi strategis tidak boleh terabaikan dalam konteks pengelolaan ritel modern. Peritel modern sangat menyadari bahwa sekali keputusan lokasi ditetapkan maka akan berimplikasi pada biaya investasi dan keputusan tersebut adalah keputusan dalam orientasi jangka panjang.
b) Prediksi cermat terhadap potensi pembeli
Pengukuran dan prediksi potensi pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam pengelolaan ritel modern. Dalam memutuskan pemilihan lokasi, peritel juga harus mempertimbangkan potensi pembeli pada lokasi tersebut. Potensi pembeli dapat dievaluasi sekaligus terkait dengan daya beli atau kemampuan belanja. Dengan demikian potensi pembeli dapat dilihat dari dua perspekstif, yaitu perspektif kuantitas atau jumlah pembeli potensial maupun dari perspektif kualitas atau kemampuan/daya beli pembeli potensial.
c) Pengelolaan jenis barang dagangan terarah
Dalam konteks ritel modern pengelolaan jenis barang dagangan yang terarah merupakan hal yang sangat strategis dan penting. Pengelolaan barang dagangan (merchandising) yang terarah harus disesuaikan dengan segmen pasar yang dilayani dan hal ini akan berimplikasi terhadap strategi bauran ritel yang akan ditetapkan oleh peritel yang memiliki paradigma pengelolaan ritel modern.
d) Seleksi merek yang sangat ketat
Ritel modern seringkali mematok untuk menyiapkan merek-merek produk barang dagangannya yang mempunyai pangsa pasar yang cukup besar (biasanya merek-merek yang mempunyai peringkat lima teratas dalam hal penguasaan pangsa pasar). Hal ini dilakukan dengan tujuan menyeleksi barang dagangan mereka untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam hal penyediaan merek-merek favorit pelanggan.
e) Seleksi ketat terhadap pemasok
Seleksi terhadap pemasok atau suplier merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam bisnis ritel. Pemasok yang baik akan memperhatikan: kualitas barang dagangan, kesinambungan pengiriman untuk menjaga ketersediaan barang dagangan di toko, maupun mekanisme pembayaran barang dagangan. Dalam konteks ritel modern seleksi atas tiga hal yang telah disebutkan untuk menyeleksi pemasok mendapat perhatian yang sangat besar, khususnya dalam hal jaminan kualitas dan ketersediaan barang dagangan. Ritel modern memiliki posisi tawar (bargaining) yang cukup besar untuk dapat melakukan seleksi terhadap supliernya, mengingat suplier yang dapat memasok ritel-ritel modern dan besar juga dapat menggunakan referensi tersebut dalam mengembangkan bisnisnya menjadi lebih maju.
f) Melakukan pencatatan penjualan dengan cermat
Paradigma ritel modern mensyaratkan untuk melakukan pencatatan dengan cermat berangkat dari pemikiran bahwa bisnis ritel adalah bisnis yang sangat detail dan hanya memiliki margin keuntungan yang sangat kecil. Dengan demikian sebagian besar ritel yang memiliki paradigma ritel modern melakukan pencatatan penjualan dengan cermat bahkan dengan bantuan perangkat lunak (software) yang memungkinkan melakukan pencatatan ribuan transaksi penjualan setiap harinya. Kondisi ini mutlak dilakukan oleh peritel mengingat jumlah item produk yang mencapai jumlah puluhan ribu pada ritel modern tidak memungkinkan lagi ditangani dengan mekanisme pencatatan penjualan secara manual.
g) Melakukan evaluasi terhadap Keuntungan Per Produk
Evaluasi terhadap keuntungan per produk barang dagangan yang ditawarkan pada pelanggan merupakan dasar untuk dapat menetapkan strategi pengelolaan ritel dengan lebih komprehensif. Melalui evaluasi keuntungan per produk, peritel dapat mengklasifikasikan mana produk-produk yang tergolong sebagai produk cepat laku (fast moving product) dan mana yang dikelompokkan sebagai produk yang kurang laku (slow moving product).
h) Cash flow terencana
Pengelolaan aliran dana tunai merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis ritel. Kesuksesan ritel akan sangat tergantung pada ketersediaan dan keragaman barang dagangan. Apabila aliran dana tunai tidak terencana dengan baik maka peritel tidak akan mampu menjamin ketersediaan barang dagangan bagi pelanggannya. Paradigma ritel modern yang berpandangan bahwa cash flow harus terencana biasanya memiliki sistem dan prosedur yang mendukung perencanaan cash flow dengan baik.
i) Pengembangan bisnis terencana
Arah pengembangan bisnis ritel modern direncanakan dengan baik dan berkesinambungan dalam jangka panjang. Hal ini terkait dengan investasi besar yang harus disiapkan dalam bisnis ritel modern maupun dukungan sistem informasi dan pengelolaan yang handal dan memungkinkan untuk melakukan pengembangan bisnis ritel dengan terencana
B. Ritel Tradisional
Ritel tradisional merupakan pandangan yang menekankan pengelolaan ritel dengan menggunakan pendekatan konvensional dan tradisional. Melalui pendekatan paradigma konvensional dan tradisional, bisnis ritel dikelola dengan cara-cara yang lebih menekankan pada “apa yang bisa disiapkan oleh pengusaha namun kurang memperhatikan bagaimana kebutuhan dan keinginan konsumen untuk dipahami dan bahkan berusaha untuk dipenuhi.” Beberapa ciri dari paradigma pengelolaan ritel tradisional adalah sebagai berikut :
a) Kurang memilih lokasi
Lokasi merupakan faktor yang sangat penting dipertimbangkan dalam pengelolaan ritel. Mengingat sekali keputusan pilihan lokasi ditetapkan maka akan diikuti oleh konsekuensi investasi maupun strategi yang kompleks. Paradigma pengelolaan ritel tradisional seringkali dihadapkan pada pilihan yang sulit untuk memutuskan lokasi ritel karena terkendala permodalan, sehingga penetapan lokasi yang strategis menjadi salah satu hal yang dipandang dapat dikorbankan. Pengelolaan ritel tradisional sering memutuskan untuk memilih lokasi yang saat itu telah dimiliki atau kebetulan telah tersedia, misalnya lokasi rumah yang telah dimiliki dan digunakan sekaligus sebagai tempat usaha ritelnya. Dengan demikian aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi strategis seringkali terabaikan dalam konteks pengelolaan ritel tradisional.
b) Tidak memperhitungkan potensi pembeli
Pengukuran dan prediksi potensi pembeli merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya, bahkan sangat terkait satu dengan yang lain. Pemilihan lokasi juga mempertimbangkan potensi pembeli pada lokasi tersebut. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur dan memprediksi potensi pembeli dalam wilayah tertentu. Potensi pembeli seharusnya dipahami juga sebagai banyaknya jumlah pembeli potensial yang sekaligus memiliki daya beli atau kemampuan membeli. Namun dalam konteks pengelolaan ritel tradisional seringkali hal ini diabaikan.
c) Jenis barang dagangan yang tidak terarah
Salah satu aspek daya tarik bisnis ritel bagi pelanggan adalah keragaman barang dagangan baik dari sisi banyaknya jenis klasifikasi barang dagangan maupun variasi merek untuk setiap kategori barang dagangan. Dalam konteks ritel tradisional hal ini seringkali diabaikan. Pengelolaan barang dagangan (merchandising) yang terarah sesuai dengan segmen pasar yang dilayani seringkali dikorbankan dalam pengelolaan ritel tradisional karena terkendala kurangnya kemampuan dan posisi tawar (bargaining) peritel dalam membangun relasi bisnis dengan para suplier. Peritel tradisional seringkali dihadapkan pada pilihan yang sulit saat supplier menawarkan berbagai barang dagangan yang tidak sesuai dengan segmen pasar yang dilayani namun memberikan tawaran termin pembayaran yang cukup panjang jangka waktunya dan menarik program promosinya.
d) Tidak ada seleksi merek
Pelanggan ritel telah menjadi sasaran iklan dari produsen barang dagangan dengan merek-merek tertentu. Dengan demikian pelanggan akan mencari produk tersebut pada ritel-ritel yang dipandang akan menyediakan merek-merek tersebut. Ritel tradisional terkendala dalam melakukan seleksi merek barang dagangan mereka untuk menyediakan merek-merek favorit pelanggan karena mereka tidak mempunyai bargaining yang kuat dalam hal penyeleksian merek barang dagangan yang akan ditawarkan bagi pelanggan.
e) Kurang memperhatikan pemasok
Seleksi terhadap pemasok atau suplier merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam bisnis ritel. Pemasok yang baik akan memperhatikan: kualitas barang dagangan, kesinambungan pengiriman untuk menjaga ketersediaan barang dagangan di toko maupun mekanisme pembayaran barang dagangan. Dalam konteks ritel tradisional seleksi atas tiga hal yang telah disebutkan untuk menyeleksi pemasok kurang mendapat perhatian, khususnya dalam hal jaminan kualitas dan ketersediaan barang dagangan. Seringkali ritel tradisional lebih mementingkan faktor lunaknya mekanisme pembayaran barang dagangan dalam melakukan seleksi terhadap pemasok atau suplier.
f) Melakukan pencatatan penjualan sederhana
Sebagian besar ritel tradisional melakukan pencatatan penjualan secara sederhana, bahkan banyak peritel tradisional yang tidak melakukan pencatatan penjualan sama sekali. Pencatatan penjualan penting dilakukan sebagai upaya untuk melakukan kontrol dan evaluasi terhadap penjualan. Namun peritel tradisional seringkali terkendala oleh kurangnya pengetahuan teknik pencatatan penjualan maupun kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya untuk melakukan pencatatan penjualan secara kontinyu dan berkesinambungan.
g) Tidak melakukan evaluasi terhadap keuntungan per produk
Sebagai implikasi lanjutan dari tidak terarahnya barang dagangan dan tidak dilakukannya pencatatan penjualan, maka ritel tradisional dihadapkan pada kendala untuk melakukan evaluasi terhadap keuntungan per produk. Padahal evaluasi terhadap keuntungan per produk barang dagangan yang ditawarkan pada pelanggan merupakan dasar untuk dapat menetapkan strategi pengelolaan ritel dengan lebih komprehensif.
h) Cash Flow tidak terencana
Pengelolaan aliran dana tunai merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis ritel. Kesuksesan ritel akan sangat tergantung pada ketersediaan dan keragaman barang dagangan, apabila aliran dana tunai tidak terencana dengan baik maka peritel tidak akan mampu menjamin ketersediaan barang dagangan bagi pelanggannya. Mengapa kendala cash flow yang tidak terencana seringkali dihadapi oleh ritel tradisional? Hal ini terkait dengan masih banyaknya peritel tradisional yang memberikan kesempatan pelangganya untuk tidak membayar secara tunai (berhutang), maupun tidak dipisahkannya pembukuan toko dengan keluarga sehingga seringkali modal toko tersedot untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga.
i) Pengembangan bisnis tidak terencana
Kondisi ritel tradisional yang terkendala karena rendahnya kontrol dan mekanisme untuk melakukan evaluasi usaha mengakibatkan peritel tradisional seringkali tidak mampu melakukan perencanaan yang matang dalam melakukan pengembangan bisnisnya.
Industri yang kami layani :
>>> Retail / Ritel : Segala jenis toko ; Toko Buku, Toko Bangunan, Minimarket, Supermarket, Hypermarket, Toko Buah, Toko Obat / Apotik, Baby Shop, Pet Shop, Toko Roti / Bakery, Dll.
>>> Manufacture / Pabrik : Segala Jenis Pabrik ; Pabrik Makanan & Minuman, Pabrik Plastik, Pabrik Kertas, Dll.
>>> Service : Hotel, Restoran, Printing, Cafe, FnB, F & B, Laundry, Wedding, Fashion Design, Barber Shop, Dll.
>>> Start Up : Segala Jenis Industri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar