JASA KONSULTAN RITEL
PAKAR, +62 813-9864-6177, Konsep Pemasaran Ritel
Konsultan, Konsultan Ritel, Manajemen Konsultan Indonesia, Konsultan Bisnis Ritel, Bisnis Ritel Modern, Konsultan Bisnis di Indonesia, Konsultan Bisnis di Terbaik di Jakarta, Konsultan Bisnis di Jakarta, Konsultan Bisnis di Jakarta Pusat, Konsultan Bisnis di Jakarta Barat, Konsultan Bisnis di Jakarta Timur, Konsultan Bisnis di Jakarta Utara, Konsultan Bisnis di Jakarta Selatan
Konsep Ritel
Perdagangan
ritel adalah suatu kegiatan menjual barang atau jasa kepada seseorang untuk
keperluan diri sendiri, keluarga, maupun dalam berumah tangga (Berman, 2001).
Retailer adalah usaha bisnis yang menjual barang-barang terutama kekonsumen
rumah tangga untuk digunakan secara non bisnis (Stanton, 1991). Menurut Gilbert
(2003, p.14), ritel adalah setiap usaha yang mengarahkan upaya pemasarannya ke
arah memuaskan pelanggan berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa
sebagai sarana distribusi. Dalam saluran distribusi, ritel memegang peranan
penting yaitu sebagai penghubung antara konsumen dan produsen dimana memiliki
karakteristik yang berbeda. Ritel diharapkan dapat meningkatkan efisiensi bagi
pemasok serta meningkatkan nilai barang yang dijual melalui peningkatan
kualitas pelayanan terhadap konsumen. Retailer tentunya memiliki kesempatan dan
posisi yang ideal untuk membangun pengalaman positif untuk konsumen (Schmitt,
2003, p.36).
Menurut
Berman (2003), karakteristik dalam suatu bisnis ritel yang membedakannya dengan
ensitas bisnis lain yaitu :
a.
Kuantiti yang kecil, yaitu partai kecil, dalam jumlah secukupnya untuk
dikomsumsi sendiri dalam periode waktu tertentu.
b.
Impulse buying, yaitu kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam
jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyaknya pilihan
dalam proses belanja konsumen.
c.
Kondisi toko, yaitu kondisi lingkungan dan interior dalam toko.
Ritel
Modern
Arti
Modern disini adalah penataan barang menurut keperluan yang sama dikelompokkan
dibagian yang sama yang dapat dilihat dan diambil langsung oleh pembeli,
penggunaan AC, pramuniaga professional (Ma’aruf, 2005).
Ritel
modern pertama kali hadir di Indonesia saat Toserba Sarinah didirikan pada
1962. Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang. Awal
dekade 1990-an merupakan tonggak sejarah masuknya ritel asing di Indonesia. Ini
ditandai dengan beroperasinya ritel terbesar Jepang ‘Sogo’ di Indonesia. Ritel
modern kemudian berkembang begitu pesat saat pemerintah, berdasarkan Kepres no.
99 th 1998, mengeluarkan bisnis ritel dari negatif list bagi Penanaman Modal
Asing. Sebelum Kepres 99 th 1998 diterbitkan, jumlah peritel asing di Indonesia
sangat dibatasi (Media data, Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, pg. 63,
2009).
Baca juga Hal Penting Dalam Berbisnis Ritel
Baca juga Hal Penting Dalam Berbisnis Ritel
Saat
ini jenis-jenis ritel modern di Indonesia sangat banyak meliputi Pasar Modern,
Pasar Swalayan, Department Store, Boutique, Factory Outlet, Specialty Store,
Trade Centre, dan Mall/Supermall/Plaza (Ibid, pg 90-95). Pusat perbelanjaan
adalah sekelompok lokasi usaha ritel dan usaha komersial lainnya yang
direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dikelola sebagai satu properti
tunggal (Neo dan Wing, 2005) . Menurut (Sim, 1992), pusat perbelanjaan
dipandang sebagai properti komersial yang memiliki multilantai untuk usaha
ritel dan fasilitas pendukungnya, seperti tempat rekreasi, restoran, hotel,
layanan medis, kantor, dan tempat tinggal.
Strategi Pemasaran Ritel
Strategi
pemasaran ritel adalah pemasaran yang mengacu kepada variabel, dimana pedagang eceran
dapat mengkombinasikan menjadi jalan alternatif sebagai suatu strategi
pemasaran untuk dapat menarik konsumen. Variabel tersebut umumnya meliputi
faktor seperti : variasi barang dagangan dan jasa yang ditawarkan, harga,
iklan, promosi, dan tata ruang, desain store, lokasi store dan merchanding
(Retail marketing management, 2003). Untuk menjaga kelangsungan hidup serta
kemajuan dan keunggulan dalam bisnis eceran yang semakin kompetitif, maka
pengelola bisnis tersebut harus berupaya menerapkan strategi berupa program
bauran penjualan eceran yang diharapkan memunculkan minat konsumen.
Baca juga Menarik Perhatian Konsumen Melalui Display
Baca juga Menarik Perhatian Konsumen Melalui Display
Komponen
produk, harga, tempat, dan promosi atau lebih dikenal dengan 4P (product,
price, place, and promotion) dengan menitikberatkan perhatian yang berbeda-beda
pada keempat variabel tersebut karena tergantung kepada sipembuat keputusan
pemasarannya untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang cenderung berubah-ubah
yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mencapai tujuan
perusahaan, dimana konsep tersebut berlaku bagi bisnis eceran dengan penekanan
pda faktor yang berlainan (McCarthy, 1993)
Prinsip
dasar pada ritel modern yang terdiri dari 4 P:
a.
Product (Produk)
Produk
menurut Kotler and Armstrong (2001) adalah segala sesuatu yang ditawarkan
kepasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikomsumsi yang dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan. Menurut Porter (1996), keunggulan suatu
produk agar dapat diterima dan bertahan dipasar ditentukan oleh ciri khas atau
keunikan produk tersebut dibandingkan dengan produk yang lain yang ada dipasar
(Porter, 1996)
b.
Price (Harga)
Strategi
dalam penetapan harga bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya : Harga
bundling, harga predatory, harga berbasis kompetisi, harga cost plus, harga
berorientasi pasar, harga premium, harga psikologis, harga dinamis (Kotler and
Armstrong, 2010). Ada tiga pihak yang menjadi dasar pertimbangan dalam
penetapan harga oleh sebuah perusahaan ritel yaitu konsumen, dirinya sendiri,
dan pesaing.
Menurut
Ma’ruf (2005) , impementasi strategi harga antara lain :
–
Penetapan harga secara tetap untuk periode waktu tertentu dan harga yang
ditetapkan secara variatif sesuai fluktuasi tingkat permintaan konsumen.
–
Penetapan harga ganjil, seperti Rp. 99.000, Rp. 199.000, Rp. 749.000
–
Leader pricing, penetapan harga dimana profit marginnya lebih rendah daripada tingkat
yang biasa diraih bertujuan untuk menarik konsumen yang lebih banyak.
–
Penetapan harga paket, yaitu harga yang didiskon untuk penjualan lebih dari
satu unit per itemnya.
–
Harga bertingkat, ini diberlakukan untuk produk yang mempunyai banyak model dan
harga yang beragam.
c.
Promotion (Promosi)
Menurut
Philip Kotler (1997, p.153) proses keputusan pembelian dipengaruhi oleh
rangsangan pemasaran dan rangsangan lain. Bauran promosi yang meliputi
periklanan (advertising), penjualan pribadi (personal selling), hubungan
masyarakat (public relation) dan publisitas(publicity), promosi penjualan
(sales promotion), dan pemasaran langsung (direct marketing) adalah bagian dari
rangsangan pemasaran yang merupakan variabel yang dapat dikontrol oleh
perusahaan.
Menurut
Schoell (1993, p.424), Tujuan promosi adalah memperoleh perhatian, mendidik,
mengingatkan, dan meyakinkan.
d.
Place (Lokasi)
Saluran
pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat
dalam proses menjadikan barang dan jasa siap digunakan atau dikomsumsi (Kotler,
2002). Menurut Losch, Lokasi penjualan sangat berpengaruh lokasi penjual sangat
berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari
tempat penjual, konsumen makin malas membeli karena biaya transportasi untuk
mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar
lokasi produksi berada dipasar atau dekat dengan pasar.
Lokasi
adalah faktor terpenting dalam pemasaran ritel. Pada lokasi yang tepat, sebuah
gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang
strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama dengan pramuniaga yang
sama terampilnya dan mempunyai citra toko yang bagus.
Startegi
pemasaran yang baik juga harus didukung dengan kualitas pelayan yang baik.
Menurut Christopher H. Lovelock et.al (1996) menyatakan bahwa kualitas
pelayanan merupakan bentuk pelayanan yang harus disesuaikan dengan harapan dan
kepuasan konsumen didalam memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Salah satu
cara perusahaan untuk tetap dapat unggul bersaing dengan memberikan pelayanan
dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaingnya secara konsisten. Harapan
konsumen dibentuk oleh pengalaman masa lalunya, pembicaraan dari mulut kemulut
serta promosi yang dilakukan kemudian dibandingkannya. Menurut Payne (2000)
membentuk model kualitas pelayanan yang menyoroti syarat-syarat utama
memberikan kuliatas pelayanan diantaranya adalah :
–
Kesenjangan antara harapan konsumen dengan persepsi management
–
Kesenjangan antara persepsi management terhadap harapan konsumen dengan
spesifikasi terhadap kualitas
pelayanan.
–
Kesenjangan antara spesifikasi kualitas pelayanan dan penyampaian pelayanan.
–
Kesenjangan antara pelayanan yang dirasakan dan pelayanan yang diharapkan.
Menurut
Zeithaml and Bitner (2003), kualitas pelayanan mencerminkan evaluasi persepsi
konsumen tentang elemen-elemen jasa (kualitas interaksi, kualitas lingkungan
fisik, dan kualitas hasil), kemudian elemen-elemen jasa akan dievaluasi
berdasarkan dimensi kualitas pelayanan yang spesifik, antara lain : kehandalan,
daya tangkap, jaminan, kemudahan dalam melakukan hubungan, dan bukti langsung.
Industri yang kami layani :
>>> Retail / Ritel : Segala jenis toko ; Toko Buku, Toko Bangunan, Minimarket, Supermarket, Hypermarket, Toko Buah, Toko Obat / Apotik, Baby Shop, Pet Shop, Toko Roti / Bakery, Dll.
>>> Manufacture / Pabrik : Segala Jenis Pabrik ; Pabrik Makanan & Minuman, Pabrik Plastik, Pabrik Kertas, Dll.
>>> Service : Hotel, Restoran, Printing, Cafe, FnB, F & B, Laundry, Wedding, Fashion Design, Barber Shop, Dll.
>>> Start Up : Segala Jenis Industri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar