JASA KONSULTAN RITEL
TOP, +62 813-9864-6177, Toko Ritel Yang Bangkrut
Konsultan, Konsultan Ritel, Manajemen Konsultan Indonesia, Konsultan Bisnis Ritel, Pengusaha Ritel Bangkrut, Bisnis Swalayan, Konsultan Bisnis di Indonesia, Konsultan Bisnis di Sidoarjo, Konsultan Bisnis di Surabaya, Konsultan Bisnis di Malang.
5 Ritel Yang Bangkrut
Pergeseran tren belanja
masyarakat membuat sejumlah toko ritel gulung tikar. Sebab kini masyarakat
lebih memilih menggunakan jasa penjualan online seperti e-commerce atau market
place.
Wakil Ketua Umum
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Tutum Rahanta mengatakan bahwa hal
tersebut adalah persaingan yang tidak adil, lantaran pemerintah harus mengatur
pajak dan regulasi terkait persaingan antara online dengan yang offline.
Ia menjelaskan bahwa
untuk memiliki toko offline saja,perusahaan ritel bahkan harus menepati 50 izin
penjualan sebelum mendirikan toko.
Berikut lima toko ritel
yang menutup gerainya akibat terjadinya pergeseran tren belanja masyarakat
Indonesia.
7-Eleven
Dimulai sejak
pertengahan tahun 2017, masyarakat dihebohkan dengan penutupan seluruh gerai
7-Eleven yang mengalami kebangkrutan. 7-Eleven resmi menutup seluruh gerainya
pada 30 Juni 2017, hal ini terjadi lantaran adanya beberapa faktor terkait
kerugian sebesar Rp 447,9 miliar di kuartal 1 pada tahun 2017.
Kerugian tersebut juga
bersumber dari salahnya strategi pemasaran dan target sasaran dari 7-Eleven,
contoh kecilnya adalah ketika banyak pengunjung yang datang untuk sekedar
membeli minuman atau makanan namun berlama-lama disana selagi menikmati
fasilitas yang ada. Hal tersebut menunjukkan adanya pemasukan yang tidak
sebanding dengan pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh 7-Eleven.
Toko-toko 7-Eleven
sejak itu kosong dan tidak berpenghuni, selain itu PT. Modern Internasional
terpaksa memberhentikan 1200 hingga 1300 karyawannya. Tak hanya soal salah
strategi, 7-Eleven juga bertentangan dengan pelarangan penjualan minuman
beralkohol di minimarket di tahun 2015 oleh Pemerintah. Terkait dengan
peraturan tersebut, 7-Eleven terpaksa menarik semua minuman beralkohol. Padahal
salah satu daya tarik 7-Eleven kepada konsumen yang berusia 21 tahun ke atas,
adalah minuman beralkoholnya itu sendiri.
Matahari di Pasaraya dan Manggarai
PT. Matahari Department
Store terpaksa menutup dua gerainya yang cukup besar di Pasaraya Blok.M dan
Pasaraya Manggarai. Penutupan ini terjadi karena menurut pihak manajemen
Matahari, unit bisnis ini hanya sebagian kecil dibandingkan bisnis department
store yang lebih besar lagi.
Bahkan pihak manajemen
sempat mengakui bahwa toko tutup lantaran pusat perbelanjaan sepi pengunjung,
sehingga sudah tidak bisa mencapai target. Hal ini menjadi fakta yang mendukung
bahwa adanya tren pergeseran belanja masyarakat di mall. Semula mereka
berbelanja membeli baju di toko offline, sekarang mereka cenderung mencari
hiburan jenis lain ketika pergi ke sebuah mall atau pusat perbelanjaan.
Penutupan kedua toko
ritel ini membuat keduanya memberikan diskon besar-besaran dalam rangka
menghabiskan persediaan barang. Barang-barang yang dijual, diobral dengan
potongan harga hingga 75 persen. Tidak hanya melakukan potongan harga yang
fantastis, Matahari juga memberikan bonus 1 barang ketika membeli 1 barang
lainnya. Akibatnya, masyarakat sempat berburu habis ke 2 toko ritel ini untuk
memborong habis persediaan barang.
Dari penutupan kedia
gerai ini, karyawan juga terpaksa dilakukan pemberhentian kerja secara
besar-besaran. Banyak karyawan yang mengaku kesulitan untuk mencari kerja pasca
PHK yang mereka alami. Walaupun begitu PT. Matahari Department Store akan
melakukan ekspansi bisnis lagi dengan membuka gerai-gerai baru hinga akhir
tahun 2017.
Disc Tarra
Mundur dua tahun ke
belakang, pada tahun 2015 toko ritel offline juga sudah mulai mengalami
pergeseran tren belanja. Perusahaan ritel CD musik Disc Tarra sempat menutup
beberapa gerainya di akhir tahun 2015, namun lama kelamaan perusahaan ini resmi
menutup 100 gerainya pada tahun 2016.
Disc Tarra merupakan
bukti nyata bahwa terjadi pergeseran tren belanja masyarakat. Bagi pecinta
musik, bentuk fisik sudah kurang diminati. Zaman sekarang, masyarakat hanya
perlu mengunduh musik atau film dari internet, bahkan kemungkinan mengunduh
secara ilegal juga menyebabkan Disc Tarra kalah saing. Ini membentuk konsep
dimana masyarakat lebih condong kepada digital platform atau streaming yang
bisa dinikmati kapanpun tanpa harus membayar sepeserpun.
Baca juga Cara Bersaing Yang Benar Dalam Berbisnis
Pihak manajemen Disc
Tarra menjelaskan bahwa penjualan CD dan DVD terus mengalami penurunan selama
lima tahun terakhir, sehingga toko ritel CD musik menjadi tidak diminati lagi
seperti masa kejayaannya di awal tahun 2000-an.
Senasib seperti toko
ritel offline lainnya, menjelang penutupan Disc Tarra mengobral harga barangnya
dengan potongan harga yang fantastis. Mengenai prospek bisnis kedepannya, Disc
Tarra hingga saat ini belum melakukan ekspaksi untuk beralih menjadi bentuk
digital.
Lotus
Bernaung diatas PT.
Mitra Adiperkasa (MAP), toko ritel perbelanjaan Lotus yang berlokasi di
Thamrin, Jakarta Pusat terpaksa gulung tikar. Rencana penutupan Lotus juga akan
merembet ke gerainya di Cibubur Plaza, Grand Galaxy, Bekasi dan Sarinah yang
beberapa hari lalu melakukan cuci gudang besar-besaran.
Pihak manajemen
menjelaskan bahwa rencana penutupan 100 gerai Lotus di tahun 2017 nantinya,
menjadi tanda bahwa penghasilan penjualan di toko yang kurang menguntungkan.
Menjelang penutupan operasional secara total hingga 30 Oktober 2017, Lotus
kemudian turut memberikan potongan harga sebesar 80 persen dari harga normal.
Tren pergeseran belanja dari offline ke online juga menjadi salah satu faktor
yang mendukung penutupan kedua gerai ini.
Pada kenyataannya,
beban operasional Lotus yang meningkat, tidak diseimbangi dengan pemasukan dari
penjualan. Walaupun begitu, perusahaan MAP mengaku bahwa mereka akan melakukan
ekspansi dengan memanfaatkan gerai merek lainnya hingga mencapai 200 toko
hingga akhir tahun 2017, untuk menghindari kerugian atau kebangkrutan secara
total.
Debenhams
Masih dibawah naungan
MAP, Debenhams toko ritel asal Inggris ini juga mengikuti jejak Lotus yang
menutup gerainya. Debenhams menutup toko ritelnya di berbagai tempat seperti
Supermall Karawaci, Kemang Village dan Senayan City. Rencana penutupan di akhir
tahun 2017 ini juga turut membuat Debenhams memberikan obral dan cuci gudang
secara besar-besaran hingga mencapai 80 persen.
Pencucian gudang
Debenhams ini juga diikuti dengan rencana penutupan seluruh operasional dari
toko ritel Debenhams di Indonesia oleh MAP. Perusahaan yang menaungi beberapa
toko ritel ternama itu, pada akhirnya akan berfokus ke beberapa ritel offline,
seperti SOGO, SEIBU dan Galleries Lafayette.
Terkait pemberhentian
kerja, MAP menjelaskan bahwa ada sebagian karyawan yang masih dipertahankan
sebagai karyawan internal, ada yang dipindahkan, namun juga ada yang PHK.
Seperti kasusnya para sales yang berjualan untuk produk tertentu, akan
dikembalikan ke perusahaan merek masing-masing, namun bagi karyawan internal
tetap kemungkinan akan dipindahkan ke jenis ritel sektor atau merek lain yang
masih dinaungi oleh MAP. Namun pihak MAP juga mengklaim bahwa mereka masih akan
menangani dan memastikan pemenuhan hak kerja dari karyawan.
MAP juga masih memiliki
toko ritel dengan merek lain seperti toko ritel sepatu yang masih cukup
digandrungi oleh masyarakat seperti Adidas, Converse dan Payless. Selain itu,
MAP juga menjelaskan mereka akan berfokus pada investasi toko ritel di sektor
makanan seperti Starbucks, Domino’s Pizza dan Burger King.
Baca juga Langkah Tepat Melakukan Riset Pemasaran
>>> Retail / Ritel : Segala jenis toko ; Toko Buku, Toko Bangunan, Minimarket, Supermarket, Hypermarket, Toko Buah, Toko Obat / Apotik, Baby Shop, Pet Shop, Toko Roti / Bakery, Dll.
>>> Manufacture / Pabrik : Segala Jenis Pabrik ; Pabrik Makanan & Minuman, Pabrik Plastik, Pabrik Kertas, Dll.
>>> Service : Hotel, Restoran, Printing, Cafe, FnB, F & B, Laundry, Wedding, Fashion Design, Barber Shop, Dll.
>>> Start Up : Segala Jenis Industri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar