JASA KONSULTAN RITEL
BERPENGALAMAN, +62 813-9864-6177, Penjualan Perhiasan Sepi, Tak Ada Lagi Breakfast at Tiffany's
Konsultan, Jasa Konsultan Bisnis, Konsultan Bisnis
Ritel, Konsultan Bisnis Di Indonesia, Konsultan Strategi Bisnis, Konsultan Bisnis
Surabaya, Konsultan Bisnis Sidoarjo, Konsultan Bisnis Malang
Tahun 1960-an perhiasan produksi Tiffany & Co
adalah impian setiap wanita, dikejar oleh sosialita untuk dikenakan, sekaligus
menunjukkan level kekayaan mereka.
Breakfast at Tiffany's, film yang diperankan oleh
Audrey Hepburn pada 1961 turut melambungkan nama toko perhiasan ini. Sangat
melekat tentunya di ingatan para penonton, adegan pagi buta di mana seorang
wanita dengan gaun hitam dan bersanggul dengan santainya menatap jendela
Tiffany & Co, sembari menikmati sarapannya.
Holly Golightly, sosok yang diperankan Audrey, begitu
mencuri perhatian. Adegan ia memakan sepotong roti dan meyeruput kopi begitu
kuat, filmnya pun laris manis tersebar ke penjuru dunia. Toko Tiffany & Co
yang berada di Fifth Avenue kota New York menjadi simbol yang wajib dikunjungi
sosialita mana pun untuk memboyong perhiasan idaman mereka.
Baca juga Cara Jitu Ubah Kegagalan Jadi Kesuksesan
Tapi kini, puluhan tahun kemudian, toko yang identik
dengan kemewahan ini tengah berjuang dengan eksistensinya. Selama musim
liburan, di mana penjualan biasanya meroket karena banyak turis dan sosialita
yang memboyong perhiasan, justru lesu dan menurun.
Alhasil, Tiffany menahan proyeksi laba mereka Jumat
kemarin. Bukan cuma penjualan dan kunjungan turis yang turun, terutama turis
China yang jadi andalan mereka, tapi juga karena penguatan nilai dolar dan
permintaan yang menurun di Eropa serta Amerika Serikat.
Seperti perusahaan barang mewah lainnya, Tiffany
mengandalkan pembelian kelas menengah China yang sedang berkembang karena
permintaan konsumen melemah di Amerika Serikat dan Eropa, ini karena terbebani
oleh ketidakpastian seperti shutdown pemerintah AS dan rencana Inggris untuk
keluar dari Uni Eropa.
Dilansir dari CNBC Internasional, selama periode
November-Desember yang krusial, penjualan toko Tiffany di seluruh dunia turun 2
persen sementara penjualan bersih turun 1 persen.
Kepala Eksekutif Tiffany, Alessandro Bogliolo
menyalahkan pembelanjaan yang melemah secara global karena faktor turunnya
wisatawan asing, terutama China, dan banyak ketidakpastian dan volatilitas di
Eropa dan Amerika.
"Kami melihat turis Tiongkok yang berbelanja di
luar negeri turun tajam, minus 20-25, 30-35%, dan ini terjadi di banyak, banyak
negara di AS, tetapi juga Hong Kong dan sekarang menyebar ke Asia Tenggara.
Yang pasti itu karena nilai tukar," kata Bogliolo.
Saham Tiffany juga jatuh 22 persen dalam 12 bulan
terakhir, baru naik 3 persen pada perdagangan pagi ini.
"Pariwisata adalah biang keladi bagi angka
penjualan musim liburan TIF yang kurang memuaskan, tetapi ini bukan kejutan
bagi kami mengingat dolar yang menguat," kata analis Jefferies Randal
Konik, dikutip dari CNBC International, Senin (21/1/2019).
Bogliolo juga mengatakan masalah seperti Brexit,
protes di Perancis dan penutupan pemerintah AS, sekarang di hari ke-28,
membuatnya lebih berhati-hati tentang perkiraan penjualan dan pendapatan. Meski
begitu ia mengharapkan beberapa kuartal yang sangat sulit.
Perlambatan dalam pengeluaran oleh wisatawan Tiongkok
mendorong Tiffany menghindar menaikkan target laba tahunannya pada bulan
November. Pada hari Jumat, pihaknya memperkirakan laba setahun penuh untuk
fiskal 2018 di sekitar batas bawah kisaran perkiraannya antara US$ 4,65 dan US$
4,80 per saham.
Namun, permintaan pelanggan di toko-toko Tiffany di
China daratan tetap kuat selama musim liburan, kata perusahaan.
David Schick dari Consumer Edge Research mengatakan
bahwa kekuatan perusahaan selama ini adalah brand-nya yang menunjang bisnis
jangka panjang.
Laporan penurunan penjualan ini juga dialami oleh
ritel lainnya seperti Marcy's, Kohls, dan lainnya, yang turut mengecewakan
bahkan ketika musim belanja selama
liburan 2018 A.S.
Pembuat perhiasan Signet pada hari Kamis melaporkan
penjualan periode liburan yang lebih rendah dan memangkas proyeksi laba setahun
penuh, mendorong sahamnya lebih dari 20 persen lebih rendah.
Tiffany, yang dikenal dengan cincin pertunangan, mengatakan
bahwa penjualan saat liburan untuk cincin pertunangan dan perhiasan desainer
masing-masing turun 3 persen dan 8 persen. Penjualan tahunan harus naik 6
hingga 7 persen, kata perusahaan itu. Jadi kini, tak ada lagi orang yang
terpaku di jendela toko untuk melirik kilau berlian Tiffany seperti Holly
Golightly. Orang pilih melintas, dan abai akan berlian yang dipajang.
Sumber: CNBC Indonesia
Industri yang kami layani :
>>> Retail / Ritel : Segala jenis toko ; Toko Buku, Toko Bangunan, Minimarket, Supermarket, Hypermarket, Toko Buah, Toko Obat / Apotik, Baby Shop, Pet Shop, Toko Roti / Bakery, Dll.
>>> Manufacture / Pabrik : Segala Jenis Pabrik ; Pabrik Makanan & Minuman, Pabrik Plastik, Pabrik Kertas, Dll.
>>> Service : Hotel, Restoran, Printing, Cafe, FnB, F & B, Laundry, Wedding, Fashion Design, Barber Shop, Dll.
>>> Start Up : Segala Jenis Industri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar