JASA KONSULTAN RITEL
TERPERCAYA, +62 813-9864-6177, Di Jepang, Toko Kelontong Modern 'Krisis' Tenaga Kerja
Konsultan Bisnis Ritel, Konsultan Bisnis Minimarket, Konsultan Bisnis Jakarta, Konsultan Bisnis Jakarta Barat, Konsultan Bisnis Bandung, Konsultan Bisnis Tangerang, Konsultan Bisnis Cirebon
Krisis
tenaga kerja mengusik bisnis toko ritel modern di Jepang. Padahal, waralaba,
seperti 7-Eleven, Family Mart, dan Lawson, yang beroperasi selama 24 jam
berkembang pesat di Negeri Sakura.
Mitoshi
Matsumoto, salah satu anggota asosiasi toko serba ada di Jepang mengungkap
keterbatasan tenaga kerja memaksa pemilik mengoperasikan sendiri toko mereka.
Meski demikian, mereka pun mengaku kewalahan.
Karenanya,
banyak pemegang merek waralaba membujuk pemilik merek mengizinkan agar toko
ditutup lebih awal. "Pada saat perjanjian (dengan pemilik merek), kami tak
melihat akan terjadi kekurangan tenaga kerja atau lonjakan upah minimum,"
ujarnya seperti dilansir Reuters, Kamis (21/3).
Toko
kelontong waralaba mulai berkembang di Jepang sejak 1970-an. Aksesibilitas 24
jam yang ditawarkan terbukti cocok dengan budaya masyarakat setempat yang kerap
bekerja hingga larut malam.
Toko-toko
ini terang benderang dan tersebar di banyak sudut di Jepang. Toko waralaba
bahkan telah menjadi bagian penting dari kehidupan modern masyarakat Jepang.
Tak
heran, jumlahnya mencapai 58 ribu toko pada tahun lalu, yang sebagian besar
dioperasikan dengan merek 7-Eleven, Family Mart, dan Lawson.
Selama
bertahun-tahun, model bisnis waralaba ini telah menyediakan lapangan kerja bagi
banyak orang. Kini, satu per satu toko mulai dijaga sendiri oleh para
pemiliknya karena kekurangan tenaga kerja, seperti yang dilakukan Matsumoto.
Ironisnya,
Matsumoto, yang kewalahan bekerja dan baru saja ditinggal mati sang istri,
memaksa menutup tokonya selama beberapa jam di malam hari demi beristirahat.
Itu pun, Matsumoto terancam denda dari pemegang mereknya.
Karena
kejadian yang menimpanya itu lah muncul simpati luas di masyarakat yang
menuntut keseimbangan antara hidup dan bekerja. Bahkan, surat kabar Nikkei yang
dianggap pro-bisnis menulis sebuah editorial yang mengajarkan pengusaha untuk
memberlakukan jam kerja yang wajar.
Beruntung,
tuntutan masyarakat berbuah manis. Pengusaha pun mulai melakukan uji coba kerja
dengan jam lebih pendek untuk 20.700 toko. Namun demikian, pengusaha tetap
menyatakan kebijakan jam kerja lebih pendek sebagai eksperimen semata dan belum
akan mengubah format toko waralaba 24 jam.
Roy
Larke, analis industri ritel di Jepang menuturkan bahwa sektor ritel modern
tengah jenuh. "Kami (Jepang) memiliki terlalu banyak toko serba ada.
Kadang-kadang secara harafiah mereka bersebelahan. Terlalu banyak," imbuh
dia.
Katsuhiko
Shimizu, juru bicara Seven & i Holding yang memiliki 7-Eleven dan rantai
pasokan merchandise Ito-Yokado, menyatakan ketidaksetujuannya. Menurut dia,
masih ada ruang inovasi. Misalnya, dengan menyertakan teknologi otomatisasi dan
kecerdasan buatan untuk proses stocking hingga check out.
Sumber:
CNN Indonesia
Industri yang kami layani :
>>> Retail / Ritel : Segala jenis toko ; Toko Buku, Toko Bangunan, Minimarket, Supermarket, Hypermarket, Toko Buah, Toko Obat / Apotik, Baby Shop, Pet Shop, Toko Roti / Bakery, Dll.
>>> Manufacture / Pabrik : Segala Jenis Pabrik ; Pabrik Makanan & Minuman, Pabrik Plastik, Pabrik Kertas, Dll.
>>> Service : Hotel, Restoran, Printing, Cafe, FnB, F & B, Laundry, Wedding, Fashion Design, Barber Shop, Dll.
>>> Start Up : Segala Jenis Industri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar