JASA KONSULTAN RITEL
BERPENGALAMAN, +62 813-9864-6177, Ini Tips Raup Untung pada Tahun Babi Politik
Jasa Konsultan Bisnis, Konsultan Bisnis Ritel, Konsultan Bisnis Minimarket, Konsultan Bisnis Waralaba, Konsultan Bisnis Semarang, Konsultan Bisnis Jogja, Konsultan Bisnis Pekalongan
Tahun
anjing tanah 2018 sudah berlalu, kini tiba giliran tahun babi yang jatuh pada
2019. Namun, tahun ini juga dikenal sebagai tahun politik karena bakal dihelat
pemilihan presiden dan wakil presiden.
Bagi
investor di sektor komoditas, ada beberapa hal yang perlu dicatat menghadapi
tahun ini. Supaya tidak terjerumus dan tetap meraih untung.
Menurut
pakar feng shui, ada sejumlah komoditas yang patut dilirik dan dihindari pada
2019. Ahli fengshui Mas Dian mengatakan, berdasarkan perhitungannya, tahun ini
merupakan tahun babi kayu.
Artinya,
komoditas yang memiliki elemen kayu dan api akan beruntung. Namun, dia tidak
merinci jenis-jenis komoditas yang dimaksud.
“Sifat
alam di tahun ini kayu di tanah datar. [Di samping kayu dan api] lalu unsur air
cukup baik juga,” ujarnya di sela-sela diskusi bertema Kemilau Emas di Tahun
Babi 2019 di Hotel Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Jumat pekan lalu.
Bagi
mereka yang mau berinvestasi di komoditas berlemen tanah, maka harus berpikir
dua kali. Menurut Mas Dian, komoditas berlemen tanah kurang mujur pada tahun
babi kayu ini.
Oleh
sebabnya, sebaiknya dihindari. Penulis buku Logika Feng Shui itu menjelaskan,
unsur tanah pada tahun ini tidak beruntung.
Setidaknya
hal itu dapat dilihat dari berbagai bencana alam yang terjadi belakangan ini.
Semuanya berkaitan dengan tanah.
Baca juga 7 Cara Promosi Bisnis Tanpa Keluar Modal
“Banjir
dampak dari tanah yang longsor. Tsunami [di Banten] karena longsoran Gunung
Anak Krakatau,” ujarnya.
Selain
elemen-elemen tersebut, pria yang memiliki hobi melukis itu mengatakan,
investor yang berinvestasi di komoditas berelemen logam, termasuk logam mulia
butuh perjuangan ekstra.
Menurutnya
berkaca pada beberapa tahun lalu, perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
ini harus berusaha keras untuk mendapat keuntungan.
“Pintar-pintarnya
kita. Kalau mau bermain ini [investasi komoditas logam] harus tunggu dan lihat.
Jangan lihat untungnya saja, tetapi risikonya juga harus diamati,” ujarnya.
Dia
berpesan, jika berinvestasi maka harus pandai-pandai melihat peluang. Bisa
saja, komoditas tersebut kurang beruntung pada tahun ini, tetapi jika mereka
bisa melihat peluangnya maka bisa menghasilkan keuntungan lebih.
Sementara
itu, menghadapi tahun politik, investor pun disarankan tetap kalem. Sebab,
sejak pilpres secara langsung digelar pada 2004 hingga 2014, pasar tidak
bergejolak oleh pesta demokrasi tersebut. Kunci suksesnya adalah pemilu-pemilu
tersebut berjalan dengan damai.
Direktur
Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya berpesan kepada para investor untuk
tidak terlalu mengkhawatirkan tahun politik.
Menurutnya,
terjadinya pergolakan pasar di dalam negeri umumnya dipengaruhi oleh situasi
global. Fakta itu dapat terlihat dari bagaimana tertekannya pasar di dalam
negeri oleh perang dagang Amerika Serikat dan China.
Sedangkan
jika dilihat dari pilpres 2014 dan pilkada serentak, Yunarto mengatakan, pasar
tetap stabil. Menurutnya, respon tersebut karena pesta demokrasi tersebut
berlangsung dengan damai.
“Ada
rel yang berbeda [antara politik dan ekonomi]. Yang harus dilihat adalah
rentannya ekonomi kita pada kondisi global,” ujarnya.
Meskipun
demikian, Yunarto tak menampik situasi politik dapat saja mempengaruhi perekonomian.
Namun dengan sejumlah catatan.
Jika
ada salah satu calon presiden memiliki ambisi tertentu untuk mengubah sistem
perekonomian nasional. Bila hal itu yang terjadi, maka pasar akan meresponnya
dengan negatif.
Kemudian,
meletusnya konflik berdarah bersifat nasional. Yunarto mengatakan, senadainya
hal tersebut terjadi, maka membuat para investor kabur. Mereka tentunya akan
memilih negara yang lebih aman.
Akan
tetapi jika melihat kondisi terkini, Yunarto mengatakan, belum ada tanda-tanda
tersebut muncul.
Dari
sisi pilpres, menurutnya, baik calon presiden Joko Widodo maupun capres Prabowo
Subianto tidak menunjukkan keinginan mengubah sistem perekonomian. Malah, kedua
calon tersebut memiliki gagasan yang hampir sama.
Begitu
pula dengan konflik berdarah. Hingga saat ini, Indonesia masih damai. Adapun,
antara ‘kampret’ dan ‘kecebong’ hanya ribut-ribut di dunia maya.
Selebihnya
dalam dunia nyata, tidak ada gesekan yang berarti. Bagi Yunarto bising-bising
tersebut merupakan hal yang wajar.
Walaupun
begitu, pengamat politik yang akrab disapa Mas Toto ini juga mengamati,
investasi di segala bidang memperlihatkan kecenderungan wait and see.
Artinya
para investor melakukan tindakan preventif. Mereka menunggu jangan sampai ada
titik ekstrim dalam tahun politik ini. Jika akhirnya pesta demokrasi berjalan
lancar, maka pasar berpotensi meresponnya dengan poositif.
“Polanya
selalu pasca pemilu akhirnya going up. Kalau berani beli sekarang,” katanya.
Pendapat
tak jauh berbeda diungkapkan oleh Fajar Wibhiyadi, Direktur Utama PT Kliring
Berjangka Indonesia.
Menurut
Fajar gejolak pasar pada tahun ini justru dipengaruhi beberapa faktor global.
Antara lain, perang dagang antara Negeri Paman Sam dan Negeri Tirai Bambu dan
kenaikan suku bunga The Fed.
Bila
The Fed menaikkan suku bunga pada tahun ini, biasanya diikuti oleh kenaikan
suku bunga Bank Indonesia.
Baca juga Tips Jitu Sukses Berbisnis Ritel
Walhasil,
suku bunga deposito perbankan juga akan ikut menanjak. Dengan demkian, para
investor pun akan memilih berinvestasi di deposito karena iming-iming bunga
yang tinggi. “Jadi yang banyak pengaruh adalah global,” katanya.
Sumber: Bisnis.com
Industri yang kami layani :
>>> Retail / Ritel : Segala jenis toko ; Toko Buku, Toko Bangunan, Minimarket, Supermarket, Hypermarket, Toko Buah, Toko Obat / Apotik, Baby Shop, Pet Shop, Toko Roti / Bakery, Dll.
>>> Manufacture / Pabrik : Segala Jenis Pabrik ; Pabrik Makanan & Minuman, Pabrik Plastik, Pabrik Kertas, Dll.
>>> Service : Hotel, Restoran, Printing, Cafe, FnB, F & B, Laundry, Wedding, Fashion Design, Barber Shop, Dll.
>>> Start Up : Segala Jenis Industri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar